BlueDesiro

Ketika mimpi diraut dan diasah, namun tiba-tiba patah, tenang saja.. masih ada kata 'CINTA' yang sudah kamu toreh disana, dikertas pilihanmu...

Lukisan Tuhan 3 (Last Entry)

Ouuuh hampir sajja aku lupa. menulis tentang kamu. uups. ralat. tentang kita. oke, ini kali terakhir aku menceritakan kamu. biar lah, kamu tetap selalu aku pandangi, walau tidak pernah aku sentuh kamu secara utuh. biar.

Kali ini aku melihatmu dibawah derasnya hujan yang mengguyur bumi. romantis? tidak sama sekali. aku melihatmu duduk disamping orang yang tidak pernah aku bayangkan akan menemani hari-harimu seperti hari ini. tragis lebih tepatnya. aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, dan hanya bisa tersenyum hambar melihatmu merona dibawah mendung yang membayang. kamu merona bukan karena aku, tapi karena dia.

Kepulan asap dari jagung yang baru terebus didalam panci menutup sekilas rona dipipimu itu, tidak. dia tidak tahu kamu merona. cuma aku yang tahu detil kecil tentangmu. harusnya kamu sadar, aku orang yang paling memperhatikanmu diseluruh dunia. apa gunanya dia? melihat rona dipipimu saja tidak. mau apa jadinya rumahmu nanti? kamu salah orang.

Seharian itu aku melihatmu berjalan berdua dia. aku? cukup puas melihatmu dari jauh. hari ini terus-terusan hujan. muram untukku, tapi jelas tidak untukmu. aku melewatkan hariku dengan senyum mengambang tanpa perasaan di bibirku. aku sedang mengantri membeli tiket untuk bersenang-senang, hei, apa aku tidak salah lihat? kamu berbaris diantrian yang sama denganku. dimana orang yang kamu katakan bidadarimu? hilang? hm.. yang jelas, aku senang kamu ada disini.

Aku pulang dengan perasaan tidak karuan, dan kamu tahu itu. kamu lebih tidak karuan dibanding aku. auramu jelas terpancar disampingku. aura kesakitan, hancur, gundah, marah, kecewa. teraduk menjadi satu. tetes air mataku langsung kau sambut dengan bentakan.
"Jangan nangis!".
hei, apa pedulimu padaku?? mimpi apa aku semalam, bisa duduk disampingmu, mendengar kamu membentakku? mustahil. lalu kemudian kamu bertanya, "Kamu kenapa?" dan aku hanya menggeleng, tidak. kamu tidak tahu apa-apa. kamu hanya perlu tahu aku sedang gundah. aku tidak perlu mengungkapkannya bukan? kamu sudah pasti tahu. itu pun jika kamu benar-benar bilahan jiwaku. ada kalanya bibir tidak berucap.

"Kenapa aku nekat memilih bintang yang cahayanya paling terang? kenapa disaat aku memilih bintang yang terang, tapi ternyata malah membuat aku kecewa?"

itu ungkapmu tiba-tiba. sambil memandangi hamparan cahaya lampu dibalik jendela kendaraan besar itu. aku hanya mendengarkan, menyerap sedikit demi sedikit kata-kata yang kamu ucapkan. satu kesimpulan saja, kamu benar-benar kecewa.
mau dengar apa komentarku? kenapa kamu selalu melihat cahaya paling terang itu? kenapa kamu tidak melihat cahaya redup tetapi selalu memperhatikanmu? kenapa kamu tidak pernah sadar akan adanya aku? kenapa? aku terus memandangimu, memujamu, mendoakanmu. kamu tidak pernah sadar akan itu. kamu teruuus saja memandangi dia yang tidak pernah memandangmu. naik pitam aku sekarang! apa maksudnya mempermainkan perasaanmu?! belum pernah pipinya itu disarangi telapak tanganku! huh!

Tapi tepat seperti apa yang aku bayangkan, kamu tetap memujinya. pelan-pelan, air mataku jatuh. kamu tidak tahu khan aku terluka? kamu memang tidak pernah tahu. perlahan mataku lelah, terus mengucurkan air mata, udara yang dingin membuatku mengigil hingga gigiku beradu. kamu memperhatikanku, lalu menutupi setengah tubuhku dengan jaketmu. bau yang khas darimu menguar tajam ke arah hidungku. aku mengerang. kamu bisa mati beku karena pendingin ruangan biadab ini dan tanpa selapis jaket pun menutupimu. kamu menggeleng tanda kamu baik-baik saja.

aku menyandarkan kepalaku di bahumu. pelan-pelan terpejam, lalu masuk ke alam bawah sadar. aku sering mengigau, bergerak-gerak, dan meluncurlah satu kalimat dari bibirmu, "Acii. Acii. kamu tidak bisa diam ya?". hahaha, itu lah aku.
sebentar kemudian, aku bangun. kamu masih memandangi hamparan cahaya diluar jendela. tiba-tiba kamu mendesah kedinginan. spontan aku raih tanganmu. aku coba hangatkan, hatiku berdegub kencang, apa yang akan kamu lakukan pada tingkah spontanku ini? penolakan atau...? ternyata kamu membalas tanganku, dan kita pun saling menghangatkan. perlahan, pipiku merona merah. aah,, inikah cinta?

Lama kita saling diam, membisu, tidak tahu apa yang akan kita bicarakan. kebisuan itu membuat kita sama-sama terlelap. sama-sama meraih angan dalam dunia yang kasat mata. yang tidak tertembus oleh pikiran sadar. yang hanya bisa kita datangi dengan kereta bawah sadar. tunggu sebentar.. kenapa tiba-tiba setiap tarikan nafasku terasa hangat? seperti ada yang sama-sama menarik napas dihidungku. ku tarik nyawaku dari cengkraman erat sang dewi mimpi, kembali ketempat ragaku menanti aku pulang. ku buka berlahan kelopak mataku. ooh tuhaaan...lukisan mu ini terpantul jelas dimataku dan akan selalu terpatri dalam ingatanku. dengan tergesa-gesa aku memandangi setiap senti kulit wajahnya yang terpampang jelas dihadapanku, seakan tidak ingin satu jengkal pun terlewat dari penglihatan dan ingatan ku. kepalamu terkulai disisi lain wajahku, menyemburkan uap hangat tepat dipipiku.

Oooh tuhan...ini benar-benar lukisanmu kan? benar-benar tidak ada duanya. benar-benar indah. benar-benar nyata. bukan sekedar sketsa kasar, tapi goresan tinta yang benar-benar halus. pasti bukan menggunakan kuas pentel no.1,2,3,4,5,6, atau pun 7. tapi dengan tinta timbul nyata yang digores di kanvas dunia yang carut-marut ini.
Perlahan se-alinea doa terujar pelan dari bibirku..

"Tuhan, jika aku diijinkan hidup lebih lama, biar aku terus dapat memandangi lukisanmu ini tumbuh. walaupun aku tidak akan pernah dapat menyentuh, atau memilikinya, cukup aku memandanginya, memujanya, itu lebih berarti daripada apapun didunia. hanya dia satu-satunya lukisan yang terus tumbuh dalam jiwa dan ragaku. jangan hentikan itu, cukup terus goreskan tintamu hingga utuh, sempurna. biar aku nikmati hasilnya. biar terus aku gumamkan namanya di hidupku, walaupun dia tidak pernah tahu itu. biar waktu yang berbicara, bahwa akan selalu ada aku yang memujanya.."

Dan Lukisan Tuhan pun setiap waktu tergores hampir sempurna..

Lukisan Tuhan 2

Aku pernah bertanya-tanya. kamu itu siapa? namun akhirnya aku mengenalmu. lewat teriakan namamu oleh temanku, "Rayaaaa...". sebaris namamu tanpa sadar aku ingat, aku sebut-sebut seperti mantra para penenung jaman dahulu. Tanpa sadar kamu terus menyelusup masuk dalam hidupku. meracuni setiap centi seluruh tubuh dan otakku. tapi aku senang, racun itu bukan racun mematikan macam bisa ular. tetapi racun yang menyebarkan senyuman setiap kali kamu senang dan aku melihatnya.

Tanpa sadar, kamu ada. hidup. tumbuh. utuh seluruh. penuh. mutlak. inginku mengenalmu. tahu kamu seluruhnya. tapi satu kata, mustahil.

Pernah suatu siang, ada yang menyebutkan nama orang yang pernah menulisi hari-hariku. dan kamu membisikan itu. tepat ditelingaku. aaah, cukup. cukup. aku tidak menyukai itu. berisik!

Melihatmu tertawa didepan layar monitor, aku suka. ingin aku abadikan kamu dalam potret yang tidak luntur oleh air, tidak habis oleh rayap yang kelaparan, tidak sobek karena tarikan, tidak menguning karena waktu. tapi sayang, disaat itu tidak ada satu mega pixel pun yang dapat mengabadikan itu. mengabadikan setiap proses kamu tersenyum. tidak akan pernah ada puluhan mega pixel yang dapat mengabadikan proses alamiah kamu tersenyum, tertawa, kecuali memori di otakku yang mungkin dapat menampung ber-giga-giga bite dokumen tentang kamu.

Hari ini kamu lagi-lagi membuatku tertawa. kamu robekan tirai. dan ekspresimu... ahaha. lucu sekali. aaaagh! tidak ada yang bisa mengabadikan itu kecuali sepasang mataku dan memori otakku.

Aku pernah bertanya-tanya. Akankah kamu tertawa kesenangan ketika hujan turun? dan hari ini terjawablah sudah pertanyaanku itu. Kamu tertawa kegirangan ketika ada hal yang membawa kamu ke depan gerbang menuju kemenanganmu. hatiku bergetar ketika kamu berkata, "Horee. sebentar lagi hujaan!!!" akhirnya kali ini kamu suka hujan. hujan. hujan. kamu senang? aku juga! senang. senaaang sekali!!

Biar hari ini tuhan memberikan hadiah terindah untuk kamu. dan hari ini, aku mendengar merdunya sebaris kata-katamu. "Horee sebentar lagi hujaaan!!!"

....