BlueDesiro

Ketika mimpi diraut dan diasah, namun tiba-tiba patah, tenang saja.. masih ada kata 'CINTA' yang sudah kamu toreh disana, dikertas pilihanmu...

Rinduku pada Bluedesiro

Wangian Bluedesiro labuhkan aku dalam angan.
Kembalikan aku pada ringkihnya tubuh dengan tulang rapuh.
Mengkoyak harap hingga sia-sia.
Menabrak hingga jadi keping-kepingan rusak.

Aku tidak mau percaya pada takdir tuhan.
Kali ini saja, aku tidak mau.
Memutar balikan kodrat.
Membangkang dengan tidak ada hormat.

Takdir bicara aku bukan botol kaca.
Pembungkus cairan yang ternyata nyawa.
Takdir bicara aku bukan kardus pembungkus botol.
Bahkan aku bukan barecode dengan nomer seri tersendiri.

Aku tidak mau percaya.
Kali ini saja.

Bluedesiro, pulang.
Aku akan menunggumu,
Hingga pagi datang lagi.

Kalah

Saya bukan pelari.
Yang selalu memulai dari start dan berakhir di garis finish.
Saya bukan insinyur.
Yang membangun rumah hingga gedung.
Saya bukan astronot.
Yang mengidam-idamkan bulan seperti Neil Amstrong hingga jadi bohong.
Saya bukan kartunis.
Yang membuat tokoh-tokoh menjadi hidup dan manis.
Saya bukan aktor.
Yang kadang membuat diri jadi lawan jenis.
Saya bukan aktris.
Yang kadang menjadi duplikat magis.
Saya bukan orator.
Yang berujung menjadi diktator.

Saya bukan kalah.
Bukan saya kalah.
Kalah, bukan saya.
Saya kalah, bukan?
Kalah saya, bukan?
Bukan kalah saya.

Hilang Ingatan

Ada kamu disitu. Disampingku.
Menatap kosong bangku semen dihadapanmu.
Tangan saling bertaut dan tarikan napas yang harmoni.
Tiga kali kamu meneriakan kata, "Pulaaang..."
Ketika kutanya artinya, kamu gagu.
Kamu bisu.

Aku ingin hilang ingatan.
Lupa semua yang kamu ucapkan.
Lupa semua topik pembicaraan.
Lupa semua kalimat yang kamu rangkai.
Lupa kamu pernah menangisi dia.
Lupa kamu tidak pernah memandangku.

Aku cuma ingin buta.
Aku cuma ingin tuli.
Aku cuma ingin bisu.
Aku cuma ingin tidak terlihat.
Aku cuma ingin hilang.
Aku cuma Hilang Ingatan.